Rabu, 12 Desember 2012

properti, pabrik, dan peralatan, aset tak berwujud

PROPERTI PABRIK PERALATAN
dan ASET  TAK BERWUJUD
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
Dosen Pengampu:
Arif Junaidi, M. E. I

stai-ba


Oleh :
              Fachrial Lailatul M.
                   Lola Monica
                 UlfatunNi’mah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS
(STAIBA)
PURWOASRI-KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013



BAB I
PENDAHULUAN

            Properti, bangunan pabrik dan peralatan adalah aktiva yang diharapkan dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun, digunakan di dalam bisnis, dan tidak untuk diperjual belikan. Maksud untuk menggunakan aktiva tersebutsebagai bagian dari operasi usaha klien dan kegunaan yang diharapkan lebih dari satu tahun itu adalah karakteristik penting yang membedakan aktiva-aktiva ini dari persediaan, biaya dibayar dimuka, dan investasi.
            Berdasarkan SPI 2007, aset tak berwujud adalah aset yang mewujudkan dirinya melalui properti-properti ekonomis dimana aset ini tidak mempunyai substansi fisik.
            Aset tak berwujud dikategorikan sebagai berikut:
1. Marketing-related intangible asset, contoh: trademark, tradename, brand, logo
2. Technology-related intangible asset, contoh: hak paten proses, hak paten aplikasi, dokumentasi teknis: catatan laboratorium, teknis know-how
3. Artistic-related intangible asset, contoh: literatur, copyright, komposisi musik, peta, engraving
4. Customer-related intangible asset, contoh: daftar pelanggan, kontrak pelanggan, hubungan pelanggan, open order pembelian
5. Contract-related intangible asset, contoh: kontrak pelanggan favorit, perjanjian lisensi, perjanjian franchise, perjanjian bukan kompetisi.
           Dengan ini kami memfokuskan mengenai pengakuan dan pengukuran awal, mengukur penyusutan, dan masalah akuntansi dalam properti, pabrik, dan peralatan dan aset tak berwujud.



PEMBAHASAN

A.    ASET TAK LANCAR
                        Aset tak lancar sering di sebut aset tetap atau aktiva tetap,sehingga aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang :Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
                        PSAK 16 (Revisi 2007) : Aset Tetap bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas pada aset tetap dan perubahan atas investasi tersebut. Isu utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.
B.     PENGAKUAN, PENGUKURAN AWAL PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
1.      Pengakuan Biaya Perolehan Awal Aset Tetap
PSAK 16 (Revisi 2007) menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap dapat diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1.    Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
2.    Biaya perolehan aset dapat diukur dengan handal
Dalam praktek sering terjadi kesulitan untuk menentukan biaya perolehan mana yang memenuhi kriteria pengakuan tersebut di atas. Hal ini disebabkan banyaknya item yang memenuhi salah satu criteria namun tidak memenuhi kriteria yang lain.
2.      Pengukuran Awal
Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi :
a.       Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. Diskon yang dimaksud tidak termasuk diskon tunai (cash discount), yang merupakan diskon yang diperoleh karena pembeli membayar dalam periode diskon.
b.      Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Beberapa biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah :
-          Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap
-          Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
-          Biaya handling dan penyerahan awal
-          Biaya perakitan dan instalasi
-          Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih sehubungan dengan pengujian tersebut.
-          Komisi professional
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan. Entitas harus menerapkan PSAK 14 : Persediaanterhadap biaya-biaya yang terkait dengan kewajiban untuk membongkar, memindahkan dan merestorasi lokasi aset yang terjadi dalam suatu periode tertentu sebagai akibat dari pemakaian aset tersebut untuk menghasilkan persediaan selama periode tersebut. Biaya-biaya tersebut diukur dan diakui sebagai kewajiban sesuai dengan PSAK 57 (Revisi 2009) : Provisi, Kewajiban Kontinjen dan Aset Kontinjen.
C.     MENGUKUR PENYUSUTAN PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
            Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama masa berguna hidup. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya, dikurangi nilai sisanya. Setiap bagian dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam kaitannya dengan total biaya item akan disusutkan secara terpisah. Penyusutan yang dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laba rugi kecuali termasuk dalam jumlah tercatat aset lain. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan pola di mana masa depan asset manfaat ekonomi diharapkan akan dikonsumsi oleh entitas.
            Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama masa berguna hidup. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya, dikurangi nilai sisanya. Setiap bagian dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam kaitannya dengan total biaya item akan disusutkan secara terpisah. Penyusutan yang dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laba rugi kecuali termasuk dalam jumlah tercatat aset lain. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan pola di mana masa depan asset manfaat ekonomi diharapkan akan dikonsumsi oleh entitas.
Menggunakan Metode pengukuran garis – lurus.
Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan dari fungsi penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek karena kemudahannya. Prosedur garis-lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai.
Contoh soal, misalnya : mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00, taksiran nilai sisa ( residu ) sebesar Rp 40.000,00 dan umurnya ditaksir selama 4 tahun.
Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut :
Depresiasi        =          HP – NS
                                           n      
=          Rp 600.000,00 – Rp 40.000,00
                              4
=          Rp  140.000,00
Keterangan :
HP       =          Harga Perolahan (cost)
NS       =          Nilai Sisa ( residu )
n          =          Taksiran umur kegunaan
Jika disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi dari mesin dimuka adalah sebagai berikut :
Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus
Akhir Tahun ke
Debit Depresiasi
Kredit Akumulasi Depresiasi
Total Akumulasi Depresiasi
Nilai Buku Aktiva
1
Rp 140.000,00
Rp 140.000,00
Rp 140.000,00
Rp 600.000,00 
Rp 460.000,00
2
Rp 140.000,00
Rp 140.000,00
Rp 280.000,00
Rp 320.000,00
3
Rp 140.000,00
Rp 140.000,00
Rp 420.000,00
Rp 180.000,00
4
Rp 140.000,00
Rp 140.000,00
Rp 560.000,00
Rp  40.000,00

Rp 560.000,00
Rp 560.000,00




D.    MASALAH AKUNTANSI DALAM PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
1.       Masalah untuk akuntansi atas aset tetap
            adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat dan penyusutan biaya dan kerugian penurunan nilai harus diakui dalam kaitannya dengan mereka.
2.      Masalah akuntansi aktiva tidak berwujud tidak banyak berbeda dengan masalah akuntansi aktiva tetap. Masalah tersebut adalah masalah harga perolehan, alokasi harga perolehan (amortisasi) dan pemberhentiannya.
            Harga perolehan aktiva tidak berwujud meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva tersebut. Bila aktiva diperoleh dengan dikembangkan sendiri maka harga perolehannya adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka pengembangan aktiva yangbersangkutan. Bila diperoleh dengan pembelian maka unsure hargaperolehan dapat berupa: harga yang dibayar kepada penjual, biaya-biayatambahan untuk mendapatkannya, seperti: biaya notaris dan biayaadministrasi, biaya percobaan dan lain sebagainya.
            Amortisasi terhadap aktiva tidak berwujud harus dilakukan secara sistematis selama manfaatnya. Untuk yang tidak terbatas masa manfaatnya dapat diamortisasikan dengan pertimbangan yang layak. Dalam keadaan tertentu amortisasi dapat dipercepat. Bahkan bila terbukti tidak bermanfaat lagi aktiva berwujud yang bersangkutan harus dihapuskan sekaligus.
Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud dilakukan dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan atau rekening akumulasi amortisasi



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
                        Aset tidak lancar, merupakan aset yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
                        Pengkuan, pengukuran awal properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud: Pengukuran pada saat pengakuan: Komponen properti, pabrik, dan kantor yang memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai aset tetap harus diukur pada biaya. Pengukuran setelah pengakuan: Sebuah entitas harus memilih antara model biaya atau
model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh kelas aset dan peralatan.
                        Mengukur penyusutan properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud menggunakan metode perhitungan garis- lurus. Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan dari fungsi penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek karena kemudahannya. Prosedur garis-lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai.
                        Masalah akuntansi dalam properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud: Masalah untuk akuntansi atas aset  tetapadalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat dan penyusutan biaya dan kerugian penurunan nilai harus diakui dalam kaitannya dengan mereka, sedangkan masalah untuk akuntansi tidak berwujud adalah masalah harga perolehan, alokasi harga perolehan (amortisasi) dan pemberhentiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Iman, 2009, Buku Dua Akuntansi Keuangan Menengah, Bandung: PT. Refika Aditama
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Buku I dan II,  Jakarta: Salemba Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar