dan ASET TAK BERWUJUD
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
Dosen Pengampu:
Arif Junaidi, M. E. I

Oleh :
Fachrial Lailatul M.
Lola Monica
UlfatunNi’mah
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM BADRUS
(STAIBA)
PURWOASRI-KEDIRI
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Properti,
bangunan pabrik dan peralatan adalah aktiva yang diharapkan dapat memberikan
manfaat lebih dari satu tahun, digunakan di dalam bisnis, dan tidak untuk
diperjual belikan. Maksud untuk menggunakan aktiva tersebutsebagai bagian dari
operasi usaha klien dan kegunaan yang diharapkan lebih dari satu tahun itu
adalah karakteristik penting yang membedakan aktiva-aktiva ini dari persediaan,
biaya dibayar dimuka, dan investasi.
Berdasarkan
SPI 2007, aset tak berwujud adalah aset yang mewujudkan dirinya melalui
properti-properti ekonomis dimana aset ini tidak mempunyai substansi fisik.
Aset tak berwujud dikategorikan
sebagai berikut:
1.
Marketing-related intangible asset, contoh: trademark, tradename, brand, logo
2.
Technology-related intangible asset, contoh: hak paten proses, hak paten
aplikasi, dokumentasi teknis: catatan laboratorium, teknis know-how
3. Artistic-related
intangible asset, contoh: literatur, copyright, komposisi musik, peta,
engraving
4.
Customer-related intangible asset, contoh: daftar pelanggan, kontrak pelanggan,
hubungan pelanggan, open order pembelian
5.
Contract-related intangible asset, contoh: kontrak pelanggan favorit,
perjanjian lisensi, perjanjian franchise, perjanjian bukan kompetisi.
Dengan ini kami memfokuskan mengenai pengakuan dan
pengukuran awal, mengukur penyusutan, dan masalah akuntansi dalam properti,
pabrik, dan peralatan dan aset tak berwujud.
PEMBAHASAN
A. ASET TAK LANCAR
Aset tak lancar sering di sebut aset tetap
atau aktiva tetap,sehingga aset tetap didefinisikan sebagai aset
berwujud yang :Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa,untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative;
dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
PSAK
16 (Revisi 2007) : Aset Tetap bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset
tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai
investasi entitas pada aset tetap dan perubahan atas investasi tersebut. Isu
utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan, penentuan jumlah tercatat,
pembebanan penyusutan dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.
B. PENGAKUAN, PENGUKURAN AWAL PROPERTI, PABRIK,
DAN PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
1. Pengakuan
Biaya Perolehan Awal Aset Tetap
PSAK 16
(Revisi 2007) menyatakan bahwa biaya perolehan aset tetap dapat diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar
kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
2. Biaya
perolehan aset dapat diukur dengan handal
Dalam praktek sering terjadi kesulitan untuk menentukan biaya
perolehan mana yang memenuhi kriteria pengakuan tersebut di atas. Hal ini
disebabkan banyaknya item yang memenuhi salah satu criteria namun tidak
memenuhi kriteria yang lain.
2. Pengukuran
Awal
Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi :
a. Harga
perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan
setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. Diskon yang
dimaksud tidak termasuk diskon tunai (cash discount), yang merupakan diskon
yang diperoleh karena pembeli membayar dalam periode diskon.
b. Biaya-biaya
yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen. Beberapa biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah :
- Biaya imbalan
kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap
- Biaya
penyiapan lahan untuk pabrik
- Biaya
handling dan penyerahan awal
- Biaya
perakitan dan instalasi
- Biaya
pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil
bersih sehubungan dengan pengujian tersebut.
- Komisi
professional
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset
tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode
tertentu untuk tujuan selain menghasilkan persediaan. Entitas
harus menerapkan PSAK 14 : Persediaanterhadap biaya-biaya yang terkait
dengan kewajiban untuk membongkar, memindahkan dan merestorasi lokasi aset yang
terjadi dalam suatu periode tertentu sebagai akibat dari pemakaian aset
tersebut untuk menghasilkan persediaan selama periode tersebut. Biaya-biaya
tersebut diukur dan diakui sebagai kewajiban sesuai dengan PSAK 57 (Revisi
2009) : Provisi, Kewajiban Kontinjen dan Aset Kontinjen.
C. MENGUKUR PENYUSUTAN PROPERTI, PABRIK, DAN
PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
Penyusutan
adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
masa berguna hidup. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya aset, atau jumlah
lain yang disubstitusikan untuk biaya, dikurangi nilai sisanya. Setiap bagian
dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam kaitannya dengan total
biaya item akan disusutkan secara terpisah. Penyusutan yang dibebankan untuk
setiap periode diakui dalam laba rugi kecuali termasuk dalam jumlah tercatat
aset lain. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan pola di mana
masa depan asset manfaat ekonomi diharapkan akan dikonsumsi oleh entitas.
Penyusutan
adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
masa berguna hidup. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya aset, atau jumlah
lain yang disubstitusikan untuk biaya, dikurangi nilai sisanya. Setiap bagian
dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam kaitannya dengan total
biaya item akan disusutkan secara terpisah. Penyusutan yang dibebankan untuk
setiap periode diakui dalam laba rugi kecuali termasuk dalam jumlah tercatat
aset lain. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan pola di mana
masa depan asset manfaat ekonomi diharapkan akan dikonsumsi oleh entitas.
Menggunakan Metode pengukuran garis – lurus.
Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu,
bukan dari fungsi penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam
praktek karena kemudahannya. Prosedur garis-lurus secara konseptual seringkali
juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai.
Contoh soal, misalnya : mesin dengan harga perolehan Rp
600.000,00, taksiran nilai sisa ( residu ) sebesar Rp 40.000,00 dan umurnya
ditaksir selama 4 tahun.
Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut :
Depresiasi
= HP – NS
n
=
Rp 600.000,00 – Rp 40.000,00
4
=
Rp 140.000,00
Keterangan :
HP
= Harga Perolahan (cost)
NS
= Nilai Sisa ( residu )
n
= Taksiran umur kegunaan
Jika disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan
akumulasi depresiasi dari mesin dimuka adalah sebagai berikut :
Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus
Akhir Tahun ke
|
Debit Depresiasi
|
Kredit Akumulasi Depresiasi
|
Total Akumulasi Depresiasi
|
Nilai Buku Aktiva
|
1
|
Rp 140.000,00
|
Rp 140.000,00
|
Rp 140.000,00
|
Rp 600.000,00
Rp 460.000,00
|
2
|
Rp 140.000,00
|
Rp 140.000,00
|
Rp 280.000,00
|
Rp 320.000,00
|
3
|
Rp 140.000,00
|
Rp 140.000,00
|
Rp 420.000,00
|
Rp 180.000,00
|
4
|
Rp 140.000,00
|
Rp 140.000,00
|
Rp 560.000,00
|
Rp 40.000,00
|
Rp 560.000,00
|
Rp 560.000,00
|
D. MASALAH AKUNTANSI DALAM PROPERTI, PABRIK, DAN
PERALATAN DAN ASET TAK BERWUJUD
1. Masalah untuk akuntansi atas aset tetap
adalah
pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat dan penyusutan biaya dan kerugian
penurunan nilai harus diakui dalam kaitannya dengan mereka.
2. Masalah akuntansi aktiva tidak berwujud tidak
banyak berbeda dengan masalah akuntansi aktiva tetap. Masalah tersebut adalah
masalah harga perolehan, alokasi harga perolehan (amortisasi) dan
pemberhentiannya.
Harga perolehan aktiva tidak
berwujud meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva
tersebut. Bila aktiva diperoleh dengan dikembangkan sendiri maka harga
perolehannya adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka pengembangan
aktiva yangbersangkutan. Bila diperoleh dengan pembelian maka unsure
hargaperolehan dapat berupa: harga yang dibayar kepada penjual,
biaya-biayatambahan untuk mendapatkannya, seperti: biaya notaris dan biayaadministrasi,
biaya percobaan dan lain sebagainya.
Amortisasi terhadap aktiva tidak
berwujud harus dilakukan secara sistematis selama manfaatnya. Untuk yang tidak
terbatas masa manfaatnya dapat diamortisasikan dengan pertimbangan yang layak.
Dalam keadaan tertentu amortisasi dapat dipercepat. Bahkan bila terbukti tidak
bermanfaat lagi aktiva berwujud yang bersangkutan harus dihapuskan sekaligus.
Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud dilakukan dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan atau rekening akumulasi amortisasi
Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud dilakukan dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan atau rekening akumulasi amortisasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aset
tidak lancar, merupakan aset yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa,untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administrative; dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
Pengkuan,
pengukuran awal properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud:
Pengukuran pada saat pengakuan: Komponen properti, pabrik, dan kantor yang
memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai aset tetap harus diukur pada biaya.
Pengukuran setelah pengakuan: Sebuah entitas harus memilih antara model biaya
atau
model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh kelas aset dan peralatan.
model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh kelas aset dan peralatan.
Mengukur
penyusutan properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud menggunakan
metode perhitungan garis- lurus. Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai
fungsi dari waktu, bukan dari fungsi penggunaan. Metode ini telah digunakan
secara luas dalam praktek karena kemudahannya. Prosedur garis-lurus secara konseptual
seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai.
Masalah
akuntansi dalam properti, pabrik, dan peralatan dan aset tidak berwujud:
Masalah untuk akuntansi atas aset
tetapadalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat dan penyusutan
biaya dan kerugian penurunan nilai harus diakui dalam kaitannya dengan mereka,
sedangkan masalah untuk akuntansi tidak berwujud adalah masalah harga perolehan, alokasi harga
perolehan (amortisasi) dan pemberhentiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Iman, 2009, Buku Dua Akuntansi
Keuangan Menengah, Bandung: PT. Refika Aditama
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar
Akuntansi Keuangan, Buku I dan II,
Jakarta: Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar